Kamis, 15 September 2011

9 Summers 10 Autumns, Keajaiban Dari Sebuah Kemiskinan

Pertama kali liat buku ini saat karyawan Gramedia menawarkan novel yang dibawanya. Dia menjelaskan panjang lebar mengenai kisah nyata Iwan Setyawan, anak sopir angkot dari kota batu Malang yang jadi direktur di New York City. Saya tidak terlalu fokus dengan apa yang dia jelaskan karena saya sedikit bingung, koq tumben ada pegawai Gramedia yang mempromosikan buku dengan cara seperti ini. Okey, mungkin ini "gaya" baru, pikir saya. Karena saya sedikit aneh dengan kejadian itu, akhirnya saya tidak begitu berminat untuk membeli novel itu. Sepulang dari Gramedia saya menceritakan pada sahabat kejadian yang saya anggap aneh di toko buku itu tadi. Saya juga menanyakan apakah dia pernah dengar judul novel yang ditawarkan karyawan Gramedia itu tadi. Ternyata dia tau, dan dia sangat merekomendasikan buku itu. Dia belum baca, hanya saja dia pernah melihat si penulis novel 9 Summers 10 Autumns ini pernah diundang diacara Kick Andy. Mulailah dia menceritakan secara singkat perjalanan si penulis, Iwan Setyawan. Mendengar sahabat saya bercerita ini saya jadi tertarik, keesokan harinya saya kembali ke Gramedia mencari buku itu. Sempet tanya ke karyawan yang ada disana, dan ternyata kebetulan dia sedang pegang novel itu. Dia memberikan novel itu pada saya, tapi juga menempelkan sticker dengan nama seseorang di novel itu. Begitu saya tanya untuk apa sticker itu, dia hanya bilang "gapapa koq, mbak". Hmmm... mungkin ini nama dia, mungkin buku ini sedang pasang target penjualan atau apalah yang membuat mereka akan dapat bonus kalau laku. Tapi entahlah, saya cuma menebak. Sampai rumah tanpa harus menunggu saya langsung baca buku itu. 
Inilah ulasan dari saya,

9 Summers 10 Autumns, Dari Kota Apel ke The Big Apple 
by Iwan Setyawan


Novel national best seller ini adalah novel kisah nyata. Ditulis oleh seorang anak sopir angkot di kota Batu yang akhirnya sukses menjadi Director, Internal Client Management di Nielson Consumer Research, New York. Dia anak laki-laki satu-satunya, anak ke tiga dari lima bersaudara. Di rumah kecilnya yang dihuni oleh tujuh orang mereka hidup bahagia, meskipun tidak bisa dipungkiri mereka hidup miskin. Sangat mengharukan ketika sang ibu harus memutar otak untuk menambah biaya sekolah anak-anaknya, entah apa yang dijual, piring, perabotan, semua itu untuk membantu suami yang hanya sopir angkot untuk membayar kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Baruntungnya anak-anak mereka termasuk si penulis memiliki prestasi yang luar biasa di sekolah. Sehingga mereka pun bersekolah di sekolah negeri yang sama. Seperti yang kita tau, sekolah negeri pasti jauh lebih murah dari pada sekolah swasta. Meskipun begitu kesulitan finansial masih terus dirasakan oleh keluarga si penulis. Biaya demi biaya membuat orang tua dan anak-anak mereka sama-sama mencari penghasilan. Semua itu dilakukan untuk hidup, untuk pendidikan. Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana mereka (si anak-anak ini) bekerja tapi masih selalu berprestasi di sekolah.

Si penulis, Iwan Setyawan, seorang yang pendiam dan lebih suka menyendiri. Dengan latar belakang keluarganya yang miskin dia sulit bergaul dengan orang lain, apalagi kalau orang itu dari kalangan berada. Tapi dia tidak pernah berhenti bermimpi untuk menjadi bagian dari mereka. Mereka yang sukses, mereka yang terlihat eksekutif. Semasa di IPB dia belajar dengan tekun, didampingin shalat lima waktu dan shalat sunnah. Semua dia lakukan untuk bertahan dan untuk meraih mimpinya. Dia bekerja keras menjadi yang terbaik di tempat kerjanya di Jakarta, menjadi berbeda dengan yang lain. Sampai akhirnya tawaran yang melebihi mimpinya datang. Tawaran untuk bekerja di New York.  Perjalanan yang sangat panjang, kesulitan yang panjang, tapi dengan kerja keras yang sama bahkan lebih. 

Buku ini sangat inspiratif. Bagus sebagai bahan renungan kita semua. Kemiskinan tidak menghalangi kita untuk mendapatkan ilmu dan pendidikan sebaik mungkin. Asal ada niat, ada perjuangan, ada doa, dan kasih sayang keluarga, kesuksesan bisa kita raih.      
 

0 komentar:

Posting Komentar

 

blush ON blush Copyright © 2015 -- Powered by Blogger